KALIGRAFI BISMILLAH

HOME| ARTIKEL| KATA MOTIVASI |HADIST
Selamat Datang di BLOG IQRA PRESS Blog ini dibuat sebagai wadah/ Mading/Curahan Hati, pikiran serta Idea-Idea yang memajukan bagi ummat Islam dalam hal Informasi, Motivasi, Saduran dan Gambar dll, guna memajukan serta menigkatkan peranan ummat Islam dalam segi Ilmu, Ekonomi, Hukum, Media dan Syariat menuju Ridho Illahi sehingga kEJAYAAN MASA EMAS ISLAM akan kembali/ Bangkit.... Sebagai forum ukhuwah umat Islam dan mempererat talisilahturahmi umat muslimin seIndonesia.

Jumat, 05 November 2010

TIPS PRAKTIS PENDIDIKAN IMAN



Teladan para salaf dalam mengajarkan hal ini adalah yang dilakukan oleh Muhammad bin Siwar terhadap keponakannya Sahal bin Abdullah at Tusturi ketika berusia tiga tahun.  Dia bertanya kepada Sahal: “Apakah engkau selalu ingat Allah yang telah menciptakanmu?  Sahal menjawab: “Bagaimana caranya aku mengingat Allah?”  Muhammad berkata: “Ucapkan dengan hatimu ketika engkau berbolak balik di tempat tidurmu sebanyak 3 kali tanpa menggerakkan lidahmu: Allah bersamaku, Allah melihatku, Allah menyaksikanku”.  Sahal melaksanakan ajaran pamannya selama beberapa malam.  Kemudian paman tsb mengajarkan untuk mengucapkan kata-kata tsb setiap malam sebanyak 7 kali.  Kemudian meningkatnya menjadi 11 kali.  Dan Sahal mengucapkannya setiap malam sampai dapat merasakan manisnya ucapan tersebut dalam hatinya.  Setelah satu tahun, Muhammad berkata: “Hafalkanlah apa yang telah kuajarkan kepadamu.  Biasakanlah mengucapkannya sampai engkau masuk kubur.  Karena perbuatan itu akan bermanfaat bagimu di dunia dan di akhirat”.  Sahal melaksanakannya selama bertahun-tahun, sampai pamannya berkata: “Hai Sahal, sesungguhnya orang yang merasa selalu disertai Allah, dilihat Allah dan disaksikan-Nya tidaklah akan berbuat maksiat kepada-Nya.  Jauhilah olehmu perbuatan maksiat”. 

Anak Beribadah mulai Usia Tujuh Tahun

Rasulullah saw barsabda:
“Suruhkah anak-anakmu menjalankan ibadah shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun.  Dan jika mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah mereka jika tidak mau melakukan shalat dan pisahkanlah tempat tidur mereka”.  (HR Abu Daud)
Rahasia hadits ini adalah anak sudah terbiasa melaksanakan kewajiban ketika mereka memasuki usia balligh.  Disamping itu, anak memperoleh kesucian ruh, kesehatan jasmani, kebaikan akhlak/perkataan/perbuatan.

Kenalkan Hukum-hukum Halal dan Haram

Ibnu Jarir dan Ibnu al Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa ia berkata:
“Taatlah kepada Allah dan takutlah berbuat maksiyat kepada Allah, serta suruhlah anak-anakmu untuk mentaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan.  Karena hal itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka".

Rahasianya adalah agar anak sejak kecil telah mengenal halal dan haram dalam praktek kehidupan sehari-hari baik dalam masalah pakaian, makanan/minuman dan muamalah. Sehingga ia akan bersegera untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah,  dan setelah balligh anak hanya terikat dengan hukum-hukum syariat.

Untuk melatih anak melawan hawa nafsu, setelah anak cukup kuat, ajarkan anak untuk melakukan puasa sunnah.  Rahasianya, anak terbiasa untuk menahan diri mengekang hawa nafsunya.  Sehingga jiwanya menjadi kuat menahan godaan setan.

Tanamkan kecintaan kepada Rasul, Ahli Baitnya dan Membaca Al Qur’an


Rasulullah bersabda:
“Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: mencintai nabimu, mencintai ahli baitnya, dan membaca Al Qur’an".

Ideologi Islam dibangun dengan tiga hal yang mendasar tersebut.  Anak-anak harus mengenal dan mencintai nabi Muhammad saw.  Anak mengenal hadits-hadits nabi baik berasal dari perkatan, perbuatan, maupun diamnya nabi.  Anak memahami bagaimana perjuangan nabi,  bagaimana sifat kenabian yang dimilikinya, dll.  Anak-anak harus mengenal, mencintai dan meneladani keluarga nabi dan para sahabatnya yang mulia yang telah mampu menjalankan ajaran nabi.  Anak-anak harus belajar membaca, menghafalkan dan mengamalkan isi al Qur’an, sehingga hati dan pikiran anak terikat denan Al Qur’an.

Khatimah

Memang pendidikan anak yang Islami tidak dapat hanya dilakukan oleh para orangtua saja, tetapi harus didukung dengan lingkungan masyarakat, lembaga sekolah dan system kenegaraan yang tunduk pada aturan Islam
Jika kita melakukan pendidikan anak berdasarkan petunjuk dan wasiat Rasulullah saw, maka kita dapat membentengi aqidah anak dari kristenisasi atau keyakinan apapun selain Islam.

Tanamkan Kalimat La Ilaha Illallah dalam Kehidupan Anak

1.    Nabi bersabda:“Bacakanlah kepada anak-anakmu kalimat pertama dengan La Ilaha Illallah”.
Disunahkan menyuarakan adzan di telinga kanan  dan iqamah di telinga kiri dari bayi yang baru lahir.  Rahasianya, agar kalimat tauhid yang pertama masuk dalam pendengaran bayi yang baru dilahirkan dalam keadaan fitrah.   Ruh bayi diingatkan akan syahadat yang telah diucapkannya dihadapan Allah ketika masih di alam arwah (QS Al A’raf: 172).  Selanjutnya orangtua wajib menjaga anak agar selalu berada dalam fitrah tauhid.

2.    Tanamkan keimanan kepada Allah.  Membina anak – anak untuk beriman kepada Allah dan bisa merasakan kekuasaan-Nya Yang Maha Besar dengan jalan tafakkur tentang penciptaan langit dan bumi, dengan metode sosialisasi berjenjang. Mulai dari hal-hal sederhana yang dapat dicerna hanya dengan menggunakan indera, hingga dapat menggunakan akalnya secara sempurna untuk dapat memahami bahwa semua hal tidak dapat dilepaskan dari kekuasaan Allah SWT. Hingga pada akhirnya, anak – anak dapat beriman dengan cara yang logis dan argumentatif. Jika sejak masa kecilnya anak – anak telah memiliki keimanan yang mantap dan pikiran yang ditanami dalil – dalil tauhid secara mendalam, maka para perusak akan merasa sulit mempengaruhi hati dan pikiran yang sudah matang itu. Juga tidak akan ada seorang pun yang mampu menggoncangkan jiwa mereka yang mu’min. Sebab, mereka telah mencapai tingkat iman yang mantap, keyakinan yang mendalam dan logika yang sempurna.

3.    Tanamkan perasaan khusyu’, takwa dan ‘ubudiyyah kepada Allah SWT di dalam jiwa anak – anak dengan jalan membukakan mata mereka agar dapat melihat suatu kekuasaan yang penuh mu’jizat dan suatu kerajaan besar dengan berjuta – juta ciptaan Allah yang mengagumkan.  Sampai anak merasa nikmat karena taat kepada Allah, Tuhan semesta alam.  Sifat khusyu’, menangis dan penyedih ini telah menjadi sifat Nabi saw, para sahabat, para salaf dan orang – orang ‘arif kepada Allah. Para wali atau orang tua hendaknya berusaha melatih dan membiasakan anak untuk bersikap khusyu’ dan “menangis” di dalam beribadah, seperti ditunjukkan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya:
“Bacalah Al Qur’an dan menangislah.  Sekiranya engkau tidak dapat menangis, maka berpura-puralah engkau menangis”.
(HR At Thabrani) 
“Engkau beribadah kepada Allah, seakan-akan engkau melihatNya.  Walaupun engkau tidak melihatNya, namun Dia melihatmu. (HR Bukhari)

4.    Tanamkan kesadaran pada anak bahwa Allah SWT selalu memperhatikan, melihat, mengetahui rahasia dan bisikannya, serta apapun yang dikhianati mata dan disembunyikan dada. Tujuan utama pendidik adalah menciptakan anak – anak yang selalu ingat kepada Allah SWT di dalam perbuatan, pemikiran, dan perasaan. Agar dapat selalu mengingat Allah SWT dalam setiap perbuatannya  Anak harus dilatih untuk selalu ikhlas kepada Allah pada setiap perkataan dan perbuatan.

Tidak ada komentar: